Aku Disini

Kamis, 30 Agustus 2012

Maafkan Ibu, Anakmu Lama Tak Pulang.


Bukan aku tidak kangen. Bukan aku tidak ingin lagi menikmati kebersamaan dan kebahagiaan bersama ibu dan keluarga. Bukan berarti aku kini menomer-duakan keluarga daripada egoku untuk meraih impian-impian hidup. Bukan juga aku seolah tak butuh lagi kasih sayang dan perhatian ibu yang selama ini dengan ikhlas ibu berikan. Tidak ibu, aku bukan Malin Kundang. Anakmu kini merantau mencari kurnia Tuhan untuk bisa segera aku tunjukkan ke ibu dan keluarga sebelum waktu berpisah itu mendekati kita. 

Kini, hanya ada penyesalan yang selalu hadir karena aku tak bisa cepat persembahkan kebahagiaan yang sempurna untukmu. Ada ingin yang besar tapi kadang aku lelah ibu mencari tahu bagaimana cara meraihnya atau aku lelah oleh sifat kemanusiaanku yang kadang malas dan resah sendiri. Dalam perjalanan ini banyak yang ingin aku ceritakan ke ibu. Aku hanya ingin ada tempat untuk aku cerita dan aku ingin, itu ibu. Tapi, raut wajahmu dan serak suaramu menahanku. Mungkin ini hanya tafsir subjektifku kalau kau pasti terbebani dengan cerita-cerita anakmu ini. Kau pasti mau dan dengan senang hati mendengar keluh kesah panjangku. Walau mungkin kau akan menahan tangis karena hanya ucapan; ”seng sabar nak!”, dan doa panjang di sujud panjangmu yang bisa kau berikan setelah mendengar cerita panjangku. Maafkan ibu, aku tak mau anakmu yang belum sempurna baktinya ini menambah beban di pundakmu. Biarlah aku berjalan sendiri tanpa cerita apapun tentang kesakitan yang perih ini. Untukmu ibu, cukuplah doa yang kuharapkan mengiringi perjalanan ini. Semoga tidak lama aku segera bisa berbagi cerita kebahagian padamu. Tentang jerih payah dan sakit selama proses mendapatkan kebahagian itu biar aku simpan sendiri. Saatnya nanti pasti akan aku ceritakan jua bersama dengan bahagia yang aku dapat.

Ibu..
Aku merindukanmu hadir dalam doa panjangku!
Aku merindukanmu hadir dalam sisa semangatku!
Aku merindukanmu hadir dalam lelah langkahku!
Aku merindukanmu hadir bersama-Nya!

Ibu..
Anakmu merindukanmu!


Catcil seorang anak yag lagi merindukan seorang ibunya.
Bukan sosok ibu secara fisik saja yang ia rindukan, karena jelas itu pasti.
Namun kerinduan panjang itu pada kebahagiaan ibu dengan wasilah tangannya.
Sejak lama ia merindukan, selama itu pula langkah dan tangisnya semakin menjadi.
Semoga ia istiqamah sampai pada titik habis tenaganya dan air matanya yang mengering.
Semoga ia bertemu dengan apa yang ia rindukan: ibu dan kebahagian yang ia persembahkan untuknya.
Kini ia melangkah setapak demi setapak menuju puncak sukses itu!

Surabaya, 22 Desember 2011
At 07.05 AM


   

Tidak ada komentar:

Pengikut