Aku Disini

Kamis, 27 September 2012

Ada Bullying dalam OSPEK di Kampusku

Ini pengalaman pribadi 5 tahun yang lalu tepatnya tahun 2007, tapi masih membekas dalam memori saya dan kadang kala saya ceritakan ke setiap mahasiswa baru yang akan ikut OSPEK. Saya ceritakan kepada mereka tentang apa yang saya alami. Tanpa sadar mereka terprovokasi bahwa OSPEK di kampusku sama sekali tak berguna, membuang waktu dan mematikan mental. Mungkin yang membaca tulisan ini akan bertanya, kalau kejadian itu 5 tahun yang lalu kenapa mesti diungkap lagi?. Bukankah bisa jadi setelah tahun 2007 kejadian itu tidak terulang lagi, karena pergantian senat dan kebijakan?. Kalau kondisi setelah tahun 2007 jelas ada perubahan, akan aku urungkan untuk menulis. Kalau pun aku tulis, mungkin ini hanya sekedar jadi konsumsi pribadi yang hanya jadi kenangan dan sesekali aku ceritakan pada anak cucu kalau aku pernah jadi korban Bullying ketika orientasi jadi mahasiswa baru. Namun keinginan untuk menulis dan menshare tulisan ini semakin menggebu ketika saya menemukan kejadian yang tak jauh beda dari yang saya alami 5 tahun yang lalu, masih ada bullying dalam OSPEK di kampusku. Aku melihat dengan kepala mata sendiri bagaimana aktivitas perpeloncoan masih terjadi lewat aturan-aturan yang diberikan kepada mahasiswa baru. Model pakaian dengan aksesoris begini begitu dan masih banyak yang lain--yang kalau aku sebutkan satu persatu semakin menunjukkan kalau yang ikut OSPEK itu diperlakukan seperti rakyat jajahan yang bodoh, sehingga mereka tak tergerak sekali pun untuk berontak. 

Agar tulisan ini tidak menjadi pandangan pribadi, saya iseng-iseng mendekati salah satu mahasiswa baru yang ikut ospek. Saya ingin buktikan bahwa bullying dalam Ospek tahun 2007 juga mereka alami. Cerita dan keluh kesah yang sama saya dapatkan dari mahasiswa baru yang aku temui itu. Ada banyak sekali aturan dalam Ospek 2012 yang bertentangan dengan hati nurani. Andai saja mereka tahu kalau Ospek itu bukan suatu keharusan, mereka pasti akan memilih untuk tidak ikut. (mohon maaf, statement ini bukan berdasar survey tapi kebenarannya bisa dibuktikan). Kalau anda yang membaca tulisan ini adalah mahasiswa baru yang tahun ini ikut Ospek pasti akan membenarkan dan tentunya akan ada banyak yang diceritakan tentang bullying dalam Ospek.

Begini cerita bullying yang aku alami dalam Ospek tahun 2007 yang lalu;
Hari kedua, aku datang terlambat karena pasti tidak akan saya gadaikan shalat shubuhku hanya dengan Ospek. Oia tentang shalat, ada yang berkesan juga. Saat upacara hari pertama ospek, jam 5 sore masih belum selesai upacara padahal masih banyak yang belum shalat Ashar. Termasuk mungkin kakak senat yang ada di depan itu. Hehe, tapi untunglah aku bisa mencuri waktu saat adzan berkumandang tiba aku langsung Ashar. Aku mendengar mahasiswa yang ada di depan saya belum shalat ashar karena takut sama kakak senat, dengan tegas saya bilang;

“Sudah saya tanggung kalau ada apa-apa. Sudah sana ashar! Masak iya kalian lebih takut pada manusia gak jelas itu daripada sama Allah”.

Saya tidak tahu berapa mahasiswa yang belum shalat saat itu. Saya hanya geleng-geleng kepala.
Apa perlakuan kakak-kakak senat melihat keterlambatanku?. Mereka spontan membentak keras sambil memerintah saya dan juga mahasiswa yang datang terlambat untuk berjalan keliling seperti bebek. Aku pun dengan mangkel menuruti keinginan itu walau tidak seratus persen sama seperti yang lain. Saya sambil dikata-katai; ngeyel kamu!. Selepas itu buru-buru mahassiswa dikasi’ jatah makan 5 menit dengan minum aquades. Tanda tanya besar dalam benak saya; kenapa harus 5 menit?. Bukankah kita dianjurkan untuk makan pelan saja biar menikmati?. Kenapa juga harus aquades?. Kalau orang alergi dan sudah terbiasa dengan merk yang lain bagaimana?.

Batin saya memberontak dengan segala aturan itu, sedikit saya lahirkan pemberontakan itu dalam bentuk ketidak taatan saya atau dalam bentuk pertanyaan rasional untuk segala aturan yang diberikan oleh kakak senat. Saya baru memberontak penuh ketika saya disuruh untuk menggadaikan prinsip saya. Begini ceritanya; seperti mahasiswa yang lain saya pun juga disuruh untuk memakai ID Card raksasa yang digantung di leher. Sisi kanan berisi identitas pribadi dan foto sedangkan sisi kiri untuk idola lengkap dengan identitas dan fotonya juga. Sebelum saya membuat saya berpikir kalau untuk idola akan saya tetapkan Muhammad saw. sebagai idola saya walau tidak ada fotonya. Saya ganti dengan kaligrafi bertuliskan Muhammad saw. Tanpa saya sadari keputusan saya untuk mencantumkan Muhammad saw. sebagai idola itu mengandung respon keras dari kakak senat. Dengan nada membentak seorang kakak senat tanya;
“ kamu ini mengerti aturan apa tidak sih?. Kok ID cardnya begini?”.  
Saya bingung dengan pertanyaan itu karena saya lihat tak ada yang salah dengan ID card saya, sama seperti yang lain. Hanya foto idola saja yang bertuliskan kaligrafi.
“kenapa kamu tulis kaligrafi ruang foto idolamu ini?”.
Dengan mengernyitkan dahi saya jawab dengan tegas.
“Kakak ini Islam gak sih, masak iya Muhammad saw. ada fotonya?”.
Wow, dengan wajah memerah kaka senat itu membentak saya lagi.
“Ngeyel kamu?. Kalau gak ada fotonya Muhammad saw. itu cari idola lain yang ada fotonya”.
Huh..aku serasa ditampar keras masak iya ada orang yang berani mengomong begitu. Saya tahan untuk membalas dengan nada keras pula. Dengan pelan saya jawab.
terus terang saya bukan sok alim atau apa, saya masih belajar untuk mengidolakan Muhammad saw. karena hanya dia yang pantas untuk diidolakan oleh seorang muslim”.
Tanpa basah basi, kakak senat menyeret saya agar saya tidak berceramah di depan mahasiswa baru yang lain agar tak mempengaruhi karena saat saya ngomong saya berada di depan kerumunan mahasiswa baru yang juga lagi di Ospek. Saya tepat berada di depan mereka saat itu. Kemudian, di sudut pojok kampus dekat gedung pertemuan, saya diintrogasi layaknya tahanan.
“kalau kamu tidak merubah prinsip kamu, besok kamu akan saya keluarkan. Akan saya laporkan ke akademik”.
Dengan nada tenang saya jawab,
“silahkan, jangankan besok sekarang pun saya akan keluar dari Ospek ini !.”
Wow, seberanikah itu saya?. Walau saya agak ketar-ketir juga karena menurut kabar burung yang tidak ikut ospek dan Ospek tidak akan mendapat setifikat. Padahal sertifikat ospek dan Ospek itu adalah syarat untuk ujian skripsi. Tapi kenyataan saat ini tak terbukti kabar burung itu, bulan depan saya akan wisuda.

Itulah cerita saya, bukan bermaksud untuk membuka aib dan borok sendiri di depan public. Tapi saya hanya ingin tunjukkan bahwa zaman secanggih ini masih berlaku ospek dengan model perpeloncoan dan bullying begitu. Sangat tidak mendidik dan mematikan mental. Mahasiswa baru sudah dicekoki dengan hal yang tidak benar. Orang sudah diajari takut untuk memberontak terhadap kebijakan yang tidak rasional. Bagaimana bisa nanti ketika mahasiswa baru itu dihadapkan dengan kenyataan di lapangan. Saya yakin peristiwa reformasi tahun 1998 tidak akan pecah kalau mahasiswa saat itu penakut dan tidak berani melanggar kebijakan yang rasional. Hehe, kalimat begituan saya ceramahkan juga pada kakak senat tempo itu. Tapi lagi-lagi sayang tidak diijinkan untuk saya ceramahkan di depan mahasiswa baru.

#Kantor sby, 27 Sept. 2012. At : 14.02

1 komentar:

Catcilku mengatakan...

selamat yah sudah melewati ospek :)
selamat blogwalking ke http://bit.ly/YOqFhG

Pengikut