Aku Disini

Jumat, 31 Agustus 2012

Dimana Engkau?

Entah apalagi ya Allah yang harus aku keluhkan pada-Mu?. Rasanya sudah setiap saat aku mengeluh pada-MU tanpa beroleh apa-apa. Bukan karena Engkau tak memberikan jawaban terhadap keluhanku itu tapi mungkin diri ini terlalu kotor untuk menangkap setiap jawaban yang Engkau berikan sehingga kadang tak terlihat dengan jelas. Atau aku menemukan jawaban itu tapi akulah lagi-lagi yang merasa lemah sendiri mengiyakan setiap jawaban-Mu dalam ucapan dan tindakan. Aku menjadi lemah sendiri. Aku hanya bisa bersimpuh di hadapan-Mu berharap Engkau bimbing aku yang lagi kebingungan dan sesat dalam mencari jalan keluar. Tanpa-Mu siapa lagi yang bisa menolongku?. Semuanya tak begitu kuat menerima beban yang dibagi. Mereka tak mampu menentramkanku dengan sempurna. Hanya Engkau Rabb yang bisa berikan kedamaian abadi dan petunjuk dari setiap bingung yang melanda. 

Rabb, aku baru merasakan masa-masa dahsyat dalam kehidupanku saat ini. Aku terus mencari dimanakah gerangan Engkau berada?. Aku ingin Engkau hadir sempurna dalam kehidupanku. Tidak dengan sekilas Engkau hadir setelah itu Engkau tinggalkan aku walau itu dengan hati, ucap dan sikapku. Tapi salahkah kalau aku tetap berharap dalam kondisi keterpurukan ini?. Jiwaku mati tanpa kehadiran-Mu.

Aku yakin ini murni kesalahanku kenapa Engkau tak begitu terasa ada di dalam dada ini. Katakutan, keraguan dan kekhawatiran segala berhala-berhala diri yang masih kupelihara ini-yang begitu berpengaruh terhadap ketidak hadiran-Mu yang sempurna. Aku akui ini salahku. Tapi aku masih ada waktu yang tersisa setelah itu untuk aku berkeluh kesah pada-Mu walau kadang dengan persetujuan diri yang dipaksa.

Surabaya, 23 Agustus 2011

Entah Bagaimana

Hari ini aku lalui seperti biasanya. Tanpa tujuan dan penuh dengan kehampaan.  Membosankan sekali menjalani rutinitas yang sama sekali tak berarti. Entah kemana dan bagaimana melanjutkan perjalanan ini?. Aku bigung setengah mati. Hari-hariku aku lalui dengan bergelut sama kemelut jiwa yang terus menghantui. Setiap saat dan waktu. Aku pun seakan tak mampu lagi menatap masa depan. Segalanya sudah jadi tak bisa bagiku dan itu begitu kuat tertancap sehingga setiap kali aku ingin lawan aku kalah. Atau mungkin karena aku selalu punya keyakinan bahwa untuk berubah dan menjadikan semuanya nikmat itu harus menunggu semuanya baik dulu. Sehingga aku ingin memulainya dari nol. Ya dari nol kataku aku akan mulai semuanya. Tapi selang beberapa saat setelahnya, 1 jam, sehari, seminggu, sebulan atau entah berapa itu, aku pasti akan merasakan kembali ke awal lagi; bingung, hampa, malas, atau apapun kondisi yang sama sekali aku tidak suka. Nah, disitulah aku tak lagi menghargai perjalananku dari nol sampai pada titik itu. Aku anggap semuanya gagal dan tak berguna. Aku pun hanyut dalam penyesalan dan penyiksaan oleh perasaanku sendiri. Saat itu aku mati.

Detik ini aku mengalami kembali, perasaan hampa dan menjadi tak berarti itu hadir. Aku pun tak berkeinginan untuk berbuat apa-apa. Yang terbayang dan ingin segera aku lakukan adalah tidur tanpa harus aku batasi dengan waktu dan kondisi apa pun. Tapi untung aku masih punya Tuhan. Jadi sesekali suara panggilan-Nya membangunkanku aku segera penuhi. Hem, mungkin ini yang tersisa dariku.

Saat ini tak ada keinginan sama sekali untuk menuliskan keluh kesah dan kondisiku pada catatan harianku. Sudah malas aku mengeluh dengan keadaan ini. Catatan harian itu penuh dengan keluh kesah saja. Atau mungkin saja aku tak berkeinginan untuk menulis apapun dalam catatan harian karena biar aku tak bisa berbuat apa-apa sekalian. Menurutku saat ini menulis dalam catatan harian itu sebuah perjuangan mencapai kebaikan diri untuk belajar istiqamah. Intinya menulis walau hanya sekedar berkeluh kesah pada diary itu begitu baik. Sehingga sampai saat ini aku baru sampai pada taraf rendah; bangga menulis catatan harian keluh kesah. Ya baru sampai disitu kualitas diriku. Hem, sungguh miris merenungkannya.

Pada akhirnya, aku menemukan diri ini sebagai pribadi yang kalah dan gagal. Tak terlihat sama sekali bayangan masa depan yang dulu begitu gusar menggelayuti setiap pikiranku. Namun indahnya itu yang cukup memompaku untuk berpacu. Sekarang hanya ada bayangan masa depan tapi aku melihat dengan ketakutan dan semuanya seolah hanya mimpi. Non-sens aku bisa mencapainya. Pikiranku memulai segalanya. Ucapan dan tindakanku serta merta mengikuti langkah yang mulai tersusun dalam pikiran. Ya langkah apa lagi kalau bukan langkah ketakutan dan kegagalan. Aku pun tak bisa berbuat apa-apa. Aku setengah mati yang begitu menyakitkan.

Sampai sekarang, aku peras otakku mencari jalan keluar dari kebuntuan ini. Bagaimana cara keluar dari keterkungkungan ini?. Dalam pencarian itu ada muncul semangat kalau aku harus berubah. Aku harus bergerak. Tapi aku lagi-lagi bingung. Bingung darimana aku harus memulai?. Bingung bagaimana cara berubah?. Muncul lagi keresahan dan kehampaan itu. Datang tiba-tiba dan begitu menyakitkan. Aku berusaha mengelak untuk tidak menggubrisnya. Tapi sungguh sulit sekali. Hehe, aku pun melayaninya dengan sepenuh hati keresahan itu. Menyakitkan namun ada perasaan nikmat di satu sisi ketika keresahan itu memuncak sehingga memaksaku untuk adukan segalanya pada Tuhan. Aku bersimpuh, tersungkur dalam ketidakberdayaan diri. Bening air mata terkuras seketika. Sungguh setelah itu, aku kembali punya harapan dan seolah-olah perubahan itu sudah di depan mata. Lega aku mengadu pada-Nya.

Semangat aku ingin berubah. Akan tetapi tak selang beberapa lama ketika aku dituntut untuk merealisasikan semangat-yang aku dapatkan dari kedekatan dengan Tuhan ketika mengadu itu-dalam bentuk tindakan dan eksekusi segera aku lembek dan menunda-nunda. Padahal saat itu aku diberi kelapangan pikiran dan ketenangan hati. Aku pikir, ”Tunggu sajalah, yang penting aku damai saat ini bersama-Nya. Aku bisa menikmati hidup ini kembali setelah sekian lama aku tak menikmati apa-apa dari hidup ini. Eman-eman!!!. Entar kalau aku mengambil tindakan-tindakan itu aku akan kembali pada kehampaan. Aku pun juga lagi malas untuk melakukan tindakan itu”. Huh, aku nikmati kenikmatan nisbi. Huft, bukan nikmatnya yang nisbi tapi akulah yang tak punya usaha sama sekali untuk melanggengkan kenikmatan itu dengan cara yang sering Tuhan berikan kepadaku lewat kecenderungan hati, ”Ayo, tak ada jalan lain kecuali kamu harus bergerak sekarang”. Aku tak mengindahkan suara hati yang sengaja Tuhan bisikkan sebagai jalan keluar itu. Sebagai sebuah sunnatullah yang harus berlaku padaku.

Bukan Tuhan tak bisa mengeluarkan kebijakan kun fayakun tanpa ada setitik usaha dariku. Bisa saja itu terjadi tapi entahlah bagaimana jadinya kamu jika dari seperti itu-kamu bisa meraih segala keinginanmu atau keluar dari kemelut diri. Padahal keyakinanmu pada-Nya tidak benar-benar. Aku takut malah ketika kamu benar-benar seperti yang kamu mau, malah kamu menjadi manusia yang tak bertuhan. Karena kamu tak bisa lagi menangis dan dekat dengan-Nya karena kamu sudah bahagia. Ini bukan persoalan kamu tidak boleh bahagia karena takut tidak dengan Tuhan. Bukan!!!. Tapi caramu mendekati Tuhan itu harus benar, murni dan dengan keyakinan yang penuh bukan hanya karena kamu butuh agar DIA hilangkan ketakutanmu itu. Setelah itu???.

Surabaya, 04 Augst 2011

Kamis, 30 Agustus 2012

Maafkan Ibu, Anakmu Lama Tak Pulang.


Bukan aku tidak kangen. Bukan aku tidak ingin lagi menikmati kebersamaan dan kebahagiaan bersama ibu dan keluarga. Bukan berarti aku kini menomer-duakan keluarga daripada egoku untuk meraih impian-impian hidup. Bukan juga aku seolah tak butuh lagi kasih sayang dan perhatian ibu yang selama ini dengan ikhlas ibu berikan. Tidak ibu, aku bukan Malin Kundang. Anakmu kini merantau mencari kurnia Tuhan untuk bisa segera aku tunjukkan ke ibu dan keluarga sebelum waktu berpisah itu mendekati kita. 

Kini, hanya ada penyesalan yang selalu hadir karena aku tak bisa cepat persembahkan kebahagiaan yang sempurna untukmu. Ada ingin yang besar tapi kadang aku lelah ibu mencari tahu bagaimana cara meraihnya atau aku lelah oleh sifat kemanusiaanku yang kadang malas dan resah sendiri. Dalam perjalanan ini banyak yang ingin aku ceritakan ke ibu. Aku hanya ingin ada tempat untuk aku cerita dan aku ingin, itu ibu. Tapi, raut wajahmu dan serak suaramu menahanku. Mungkin ini hanya tafsir subjektifku kalau kau pasti terbebani dengan cerita-cerita anakmu ini. Kau pasti mau dan dengan senang hati mendengar keluh kesah panjangku. Walau mungkin kau akan menahan tangis karena hanya ucapan; ”seng sabar nak!”, dan doa panjang di sujud panjangmu yang bisa kau berikan setelah mendengar cerita panjangku. Maafkan ibu, aku tak mau anakmu yang belum sempurna baktinya ini menambah beban di pundakmu. Biarlah aku berjalan sendiri tanpa cerita apapun tentang kesakitan yang perih ini. Untukmu ibu, cukuplah doa yang kuharapkan mengiringi perjalanan ini. Semoga tidak lama aku segera bisa berbagi cerita kebahagian padamu. Tentang jerih payah dan sakit selama proses mendapatkan kebahagian itu biar aku simpan sendiri. Saatnya nanti pasti akan aku ceritakan jua bersama dengan bahagia yang aku dapat.

Ibu..
Aku merindukanmu hadir dalam doa panjangku!
Aku merindukanmu hadir dalam sisa semangatku!
Aku merindukanmu hadir dalam lelah langkahku!
Aku merindukanmu hadir bersama-Nya!

Ibu..
Anakmu merindukanmu!


Catcil seorang anak yag lagi merindukan seorang ibunya.
Bukan sosok ibu secara fisik saja yang ia rindukan, karena jelas itu pasti.
Namun kerinduan panjang itu pada kebahagiaan ibu dengan wasilah tangannya.
Sejak lama ia merindukan, selama itu pula langkah dan tangisnya semakin menjadi.
Semoga ia istiqamah sampai pada titik habis tenaganya dan air matanya yang mengering.
Semoga ia bertemu dengan apa yang ia rindukan: ibu dan kebahagian yang ia persembahkan untuknya.
Kini ia melangkah setapak demi setapak menuju puncak sukses itu!

Surabaya, 22 Desember 2011
At 07.05 AM


   

Mengkonkritkan Keinginan

Memang masih abstrak keinginan-keinginan ini. Bahkan saat ini sudah tak begitu banyak keinginan. Yang ada bagaimana saya bisa segera keluar dari kemelut diri. Sibuk memperbaiki diri sehingga kadang terabaikan segala keinginan yang dulu sempat terpatri. Kalau pun masih ada keinginan itu, tak tentu jelas kemana kaki ini akan melangkah. Aku begitu bingung mencari tahu bagaimana caranya. Kalau pun kadang ada, aku mengira itu bukan jalannya karena bagiku jalan itu tak mungkin membuatku gelisah. Sedangkan kalau harus mencari jalan yang lain tak terbersit sama sekali. Kalau pun ada, aku hanya mengira saja disitu aku tidak akan temukan gelisah. Seperti yang kukatakan berulang-ulang, aku ingin memulai start dari nol dan memulai segalanya dengan indah. Tapi mungkinkah aku mundur dahulu untuk mengambil langkah?. Tidakkah aku melangkah dari sekarang saja. Perbaiki yang ingin diperbaiki bersamaan dengan tetap berjalan. Jadi tak usah menunggu untuk berhenti terlebih dahulu. Terlalu lama dan bikin aku akan ketinggalan jauh dari yang lain dan pasti akan semakin sedikit waktu yang aku punya. Walau masih ada dalam pikir ini kalau aku bisa melangkah kelak, pasti semua akan terlewati dan aku bisa mengimbangi mereka-mereka atau bahkan aku dahulu yang di depan seperti dahulu aku di depan namun kini aku yang di belakang karena aku menolak dan menyia-nyiakan waktu yang ada. Aku kaget ketika mereka yang dahulu di belakangku, kini telah maju beberapa langkah di depanku. Aku meringis dan iri. Akankah aku masih mau menunggu dan bermain-main dengan ini?. Sampai pada akhirnya aku akan menemukan diri dalam keadaan yang sebenar-benarnya kalah dan yang membuat kecewa segala macam kebahagian itu akan direbut oleh orang lain dan tak menjadi milikku lagi. Aku hanya bisa mengisap jempol menertawakan sekaligus akan menangis dengan kekalahan sendiri.

Saat ini, tak usahlah berbicara banyak tentang takdir karena kau sendiri tak tahu maknanya. Lakukan yang terbaik menurutmu dan tentu patuhi segala ketentuannya insyaAllah semua akan terkabul dan takdir yang baik sajalah yang akan memihakmu. Kalau kau tak segera membuang dan menganti pemahamanmu tentang takdir, hidayah dan Tuhan,- kau benar-benar akan menemukan kekalahan total dan kau akan terpenjara oleh dirimu sendiri. Sampai pada akhirnya kau akan menjadi sufi “karbitan” yang dipaksa karena memang aqidahmu yang salah. Kau lari dan ketakutan menuju kesana. Jangan bilang itu akan menjadi kuat dan membumi dalam dirimu. Sekali saja ada hal yang akan mengantarkanmu pada kebahagian walau jelas itu menentang jalan Tuhanmu,kau pasti akan menyambut dengan bahagia. Tak usah jauh, sekarang kau mengalami hal itu. Kau hampiri Tuhan karena kau takut, ketika takut itu hilang dan ada kesempatan bahagia bersamamu-kau pasti meninggalkan jalan Tuhanmu. Sejenak saja kau rasakan kebahagiaan itu, kau akan menyesal dan gelisah sepanjang masa tanpa kau tahu bagaimana cara mengobatinya. Dengan mendekat pada-Nya?. Sudah tak mampu, karena kau lakukan kesalahan demi kesalahan itu dengan sempurna matamu melihat Tuhan dan telingamu mendengar seruan-Nya tapi kau enyahkan. Untung saja kau masih punya rasa menyesal dan gelisah dengan tindakanmu itu. Karena itu pertanda kau masih sekerat iman yang tersisa. Kalau tidak kau akan bahagia selamanya tanpa jalan Tuhanmu itu dan setelahnya kau akan merasakan sakit yang tak terhingga karena untuk kembali sudah tertutup rapat dan sama sekali menjadi gelap untuk kau jalani.

Ingat dalam memorimu, bagaimana bisa kasih sayang Tuhan itu masih ada saat kau ingin mengejar kebahagiaan itu tanpa jalan-Nya?. 

(Surabaya, 14 Desember 2011)

Rabu, 29 Agustus 2012

Sabar Syukur Kunci Sukses Orang Beriman

Assalamu’alaikum wr.wb.

Alhamdulillah pada hari ini kita memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadlan. Kalau pada 10 hari pertama Allah menjanjikan rahmat, 10 hari kedua ada ampunan Allah, maka pada sepuluh hari terakhir ini Allah menjanjikan pembebasan dari api neraka. 10 hari terakhir pertama sudah kita lalui, semoga Allah menerima segala amal ibadah kita di 10 hari pertama itu dan Allah memberikan rahmat-Nya kepada kita. Demikian juga 10 hari kedua sudah kita lalui, kita berharap semoga Allah menerima amal ibadah kita di 10 hari kedua dan semoga kita termasuk dari orang-orang yang berpuasa-yang mendapatkan ampunan Allah. Dan marilah kita menggunakan kesempatan di 10 hari terkahir ini dengan lebih banyak meningkatkan ibadah dan ketaatan kepada Allah. Rasulullah saw. bersabda dalam  kitab shahih Bukhari nomer 996:

Dari Aisyah r.a., katanya:”Nabi saw., biasanya apabila tiba sepuluh (yang akhir pada bulan Ramadlan), beliau ikatkan sarungnya erat-erat, beliau berjaga malamnya dan beliau bangunkan keluarganya”.

Pada 10 hari terakhir ini Allah menyiapkan malam kemulyaan yaitu lailatul qadar sebagaimana firman Allah swt. surat al-Qadr ayat 1-5

Sesungguhnya kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemulyaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemulyaan itu?. Malam kemulyaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.

Oleh karena itu, kita diperintahkan pada 10 hari terakhir bulan Ramadlan untuk memperbanyak ibadah kepada Allah swt. Sungguh mulya orang-orang yang diberi kesempatan berjumpa dengan malam kemulyaan itu. Semoga kita termasuk dari orang-orang yang diberi kesempatan untuk menadapatkan lailatul qadr.

Mungkin ada yang bertanya: ”kalau malam kemulyaan itu sama atau lebih baik daripada seribu bulan sedangkan seribu bulan itu 83 tahun 4 bulan berarti setelah seseorang mendapatkan lailatul qadr pasca Ramadlan tidak perlu ia ibadah?. Karena nilai ibadah yang dilakukan pada malam lailatul qadr itu sama dengan ibadah seribu bulan. Kalau dia shalat sunnah dua rakaat sedang shalat sunnah dalam bulan Ramadlan sama seperti shalat wajib, maka berarti orang tersebut seolah-olah telah melaksanakan shalat wajib yang dua rakaat 83 tahun dan 4 bulan lamanya”. Pertanyaan ini sama halnya dengan sebuah pertanyaan: ”Kalau orang yang memberi buka puasa kepada orang yang berpuasa itu akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa itu tanpa berkurang sedikitpun, berarti cukuplah saya memberi orang berpuasa tanpa berpuasa?.” Ini jelas pemahaman yang keliru. Ibarat ada orang yang sibuk memikirkan dasi dan perhiasan yang bagus untuk menghiasi badannya sedangkan dia tidak memakai celana?.  Artinya : bisa diambil sebuah pemahaman bahwa perkara yang wajib dalam agama itu harus tetap mendapatkan prioritas utama, tidak boleh tidak harus dikerjakan. Perkara sunnah atau pahala yang berlipat ganda yang akan diberikan kepada seseorang yang melakukan suatu amalan itu hanya menunjukkan keistimewaan dari amalan itu, tidak menunjukkan adanya pengguguran amalan yang lain karena atas dasar pahalanya sama atau melebihi. Apalagi amalan itu dalah amalan yang wajib, jelas tidak bisa digugurkan oleh amalan yang lain.

Keistimewaan itu bisa jadi karena waktu, karena tempat atau bisa juga karena orang. Keistimewaan yang diberikan kepada suatu amalan karena waktunya yang istimewa contohnya bulan Ramadlan. Betapa istimewanya Ramadlan sehingga segala amalan baik yang dilakukan didalamnya akan menjadi istimewa pula, akan dilipatgandakan oleh Allah swt. Contoh waktu lain yang istimewa banyak seperti 1/3 malam terakhir, bulan Rajab, Sya’ban dan lain sebagainya.  

Keistimewaan yang diberikan kepada amalan karena tempatnya yang istimewa contohnya Masjidil Haram, Raudah, Hajar Aswad. Kalau ada orang yang shalat di masjidil haram pahalanya sama dengan shalat ribuan kali di luar masjidil haram. Ada keterangan bahwa orang yang berdoa di Raudhah itu akan kemungkinan besar diterima oleh Allah swt. Sehingga tidak salah kalau ada orang yang ziarah kepada orang yang akan naik haji pasti minta didoakan. Istilahnya orang menyebutnya nitip doa. Kalau ada diantara jama’ah yang dalam waktu dekat ini mau berangkat ke tanah suci, nanti bilang saya. Saya juga mau nitip doa. Semoga Allah dekatkan saya dengan jodoh yang shalehah. Hehe..

Kalau keistimewaan karena orang contohnya adalah orang-orang yang dekat dengan Allah seperti para nabi dan rasul, ulama dan orang-orang yang shaleh-yang dekat dengan Allah. Sehingga tidak salah kita meminta didoakan kepada ulama misalnya. Seperti yang dilakukan para sahabat meminta didoakan kepada Rasul. Salah satu contohnya Tsa’labah. Sahabat yang satu ini termasuk dari sahabat nabi yang beruntung didoakan oleh nabi sehingga dia menjadi orang yang kaya raya walaupun pada akhirnya dia kufur nikmat.

Saya sebenarnya disini tidak bermaksud menjelaskan tentang Lailatul Qadr dan keistimewaan-keistimewaan amalan atau beberapa penjelasan yang saya jelaskan barusan. Namun penting kiranya saya selipkan beberapa hal. Sedikit mengingatkan Lailatul Qadr karena hari ini kita sudah masuk sepuluh hari terakhir yang dalam beberapa keterangan baik hadist atau pendapat ulama’ menyatakan bahwa Lailatul Qadr itu ada pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadlan. Demikian juga kita sebagai umat Islam harus semakin sadar bahwa Ramadlan ini adalah bulan yang istimewa untuk bekal kita menjadi baik pada bulan berikutnya. Kita diperintahkan mengejar yang sunnah tapi dengan tidak melupakan untuk menyempurnakan yang wajib. Kalau kita semangat untuk tarawih berjamaah di masjid maka marilah semakin kita latih diri kita untuk semangat pula melaksanakan shalat yang wajib secara berjamaah di masjid. Kalau kita semangat beribadah pada bulan Ramadlan maka mari latih diri kita untuk semangat pula melaksanakan ibadah di bulan lain selain Ramadlan. Tidak dengan selesai Ramadlan selesai pula ibdah kita. Kita berdoa semoga kita termasuk dari orang-orang yang istiqamah.

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia). (al-Imran : 8)

Tema yang diberikan ke saya pada kajian shubuh kali ini adalah syukur dan sabar kunci sukses orang beriman.

Dalam kehidupan ini kita pasti akan mengalami sebuah keadaan yang berbeda secara bergantian. Orang mengatakan kehidupan ini ibarat roda pedati. Kadang di atas kadang di bawah. Demikian juga halnya dalam kehidupan kita pasti mengalami kesenangan dan kesengsaraan di lain waktu, saat ini tersenyum bahagia besok menangis pula. Suka dan duka silih berganti mengiringi langkah kita. Meskipun setiap manusia pasti mengalami perbedaan keadaan secara bergantian; mengalami suka dan duka, senang dan sengsara, kaya dan melarat, setiap orang memiliki sikap yang berbeda pula dalam menghadapi suka dan duka itu. Sikap yang memberikan gambaran apakah orang itu disebut sebagai orang beriman atau tidak. Dalam sebuah hadist Rasul dinyatakan tentang sikap orang yang beriman itu, yang arti hadist tersebut kurang lebih sebagai berikut:

Sungguh unik orang yang beriman itu, ketika dia diberi nikmat dia bersyukur sedangkan kalau dia diberi musibah dia bersabar. Sungguh beruntung orang-orang yang beriman itu.

Berbeda dengan sikap orang yang tidak punya iman di dalam hatinya; ketika dia diberi nikmat dia kufur, sedangkan kalau diberi musibah dia mengeluh dan berpaling.

Ada sebuah cerita menarik dari Rasulullah yang ada di dalam kitab Riyadhus Shalihin no. 65 HR. Al Bukhari dan Muslim, hadits ini juga disebutkan oleh Al Imam An Nawawi.

“Ada tiga orang dari Bani Israil menderita penyakit belang, botak, dan buta. Allah hendak menguji mereka, maka Allah pun utus kepada mereka Malaikat. Malaikat itu datang kepada si belang dan bertanya: Apakah yang paling kamu dambakan? Si belang menjawab: Saya mendambakan paras yang tampan dan kulit yang bagus serta hilang penyakit yang menjadikan orang-orang jijik kepadaku. Malaikat itu pun mengusap si belang, maka hilanglah penyakit yang menjijikkannya itu, bahkan ia diberi paras yang tampan. Malaikat itu bertanya lagi: Harta apakah yang paling kamu senangi? Si belang menjawab: Unta. Kemudian ia diberi unta yang bunting sepuluh bulan. Dan malaikat tadi berkata: Semoga Allah memberi barakah atas apa yang kamu dapatkan ini.

Kemudian Malaikat itu datang kepada si botak dan bertanya: Apakah yang paling kamu dambakan? Si botak menjawab: Saya mendambakan rambut yang bagus dan hilangnya penyakit yang menjadikan orang-orang jijik kepadaku ini. Malaikat itu pun mengusap si botak, maka hilanglah penyakitnya itu, serta diberilah ia rambut yang bagus. Malaikat itu bertanya lagi: Harta apakah yang paling kamu senangi? Si botak menjawab: Sapi. Kemudian ia diberi sapi yang bunting. Dan malaikat tadi berkata: Semoga Allah memberi barakah atas apa yang kamu dapatkan ini.

Kemudian Malaikat itu datang kepada si buta dan bertanya: Apakah yang paling kamu dambakan? Si buta menjawab: Saya mendambakan agar Allah mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat. Malaikat itu pun mengusap si buta, dan Allah mengembalikan penglihatannya. Malaikat itu bertanya lagi: Harta apakah yang paling kamu senangi? Si buta menjawab: Kambing. Kemudian ia diberi kambing yang bunting.

Selang beberapa waktu kemudian, unta, sapi, dan kambing tersebut berkembang biak yang akhirnya si belang tadi memiliki unta yang memenuhi suatu lembah, demikian juga dengan si botak dan si buta, masing-masing memiliki sapi dan kambing yang memenuhi suatu lembah.

Kemudian Malaikat tadi datang kepada si belang dengan menyerupai orang yang berpenyakit belang seperti keadaan si belang waktu itu, dan berkata: Saya adalah orang miskin yang kehabisan bekal di tengah perjalanan. Sampai hari ini tidak ada yang mau memberi pertolongan kecuali Allah kemudian engkau. Saya meminta kepadamu -dengan menyebut Dzat Yang telah memberi engkau paras yang tampan dan kulit yang bagus serta harta kekayaan- seekor unta untuk bekal dalam perjalanan saya. Si belang berkata: Hak-hak yang harus saya berikan masih banyak.

Malaikat itu berkata: Kalau tidak salah saya sudah mengenalimu. Bukankah kamu dahulu orang yang berpenyakit belang sehingga orang lain merasa jijik kepadamu? Bukankah kamu dahulu orang yang miskin kemudian Allah memberi kekayaan kepadamu? Si belang berkata: Harta kekayaanku ini adalah warisan dari nenek moyangku. Malaikat itu berkata: Jika kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu seperti keadaan semula.

Kemudian Malaikat itu datang kepada si botak seperti keadaan si botak waktu itu. Dan berkata kepadanya seperti apa yang dikatakan kepada si belang. Si botak juga menjawab seperti jawaban si belang tadi. Kemudian Malaikat tadi berkata: Jika kamu berdusta, semoga Allah ? mengembalikanmu seperti keadaan semula.

Kemudian Malaikat tadi mendatangi si buta dengan menyerupai orang buta seperti keadaan si buta waktu itu dan berkata: Saya adalah orang miskin yang kehabisan bekal di tengah perjalanan. Sampai hari ini tidak ada yang mau memberi pertolongan kecuali Allah ? kemudian engkau. Saya meminta kepadamu -dengan menyebut Dzat Yang telah mengembalikan penglihatanmu- seekor kambing untuk bekal dalam perjalanan saya. Si buta berkata: Saya dahulu adalah orang yang buta kemudian Allah mengembalikan penglihatan saya. Maka ambillah apa yang kamu inginkan dan tinggalkanlah apa yang tidak kamu senangi. Demi Allah, sekarang saya tidak akan memberatkan sesuatu kepadamu yang kamu ambil karena Allah Yang Maha Mulia. Malaikat itu berkata: Peliharalah harta kekayaanmu, sebenarnya kamu itu diuji dan Allah telah ridha kepadamu dan murka kepada kedua temanmu (si belang dan si botak).”.

Allah berfirman: “Jika kalian bersyukur, pasti Aku (Allah) akan tambah (kenikmatan) untuk kalian, dan jika kalian ingkar, sesunggahnya adzab-Ku sangatlah pedih.(Ibrahim: 7).

Kemudian firman Allah dalam QS. An-Nisa’ ayat 147:
Mengapa Allah akan mengadzabmu sementara kamu bersyukur dan beriman?.

Dari dua ayat ini memberikan pemahaman kepada kita tentang keuntungan dari orang-orang yang bersyukur dan kerugian yang akan dialami oleh orang-orang kufur. Ada tiga keuntungan minimal yang akan diberikan kepada orang yang bersyukur terhadap nikmat Allah seperti yang tertera dalam dua ayat tersebut; pertama Allah akan menetapkan nikmat yang ada bahkan Allah akan menambahnya, kedua orang yang bersyukur itu akan terhindar dari azab Allah. Namun begitulah sifat dasar yang dimiliki manusia, tentunya untuk yang ketiga Allah akan memberikan pahala kepada orang yang bersyukur karena dia mau taat kepada perintah Allah.

Dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya kepada-Nya saja beribadah. (An Nahl: 114).

Sedangkan untuk orang yang kufur akan mendapatkan kerugian berupa dicabutnya nikmat itu dan Allah menyediakan azab yang pedih baik di dunia lebih-lebih di akhirat kelak. Nauzubillahi min dzalik.

Ada banyak nikmat yang Allah karuniakan kepada kita. Seandainya manusia menghitungnya tentu manusia tidak akan mampu menghitungnya. Namun seorang ulama’ membagi nikmat menjadi 4 bagian, yaitu:
1.      nikmatut shagir (nikmat yang kecil) yaitu nikmat berupa dunia.
2.      nikmatul kabir (nikmat yang besar) yaitu berupa iman dan Islam.
3.      nikmatul kamil (nikmat sempurna) yaitu nikmat berupa surga dan segala kenikmatanya.
4.      nikmatul qadim (nikmat yang agung) yaitu nikmat bertemu dengan Allah.

”wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat”. (QS. Al-Qiyamah 22-23)

Dan kita sebagai orang yang berpuasa tentu akan mendapatkan surga dan bisa menemui Tuhannya, sesuai dengan janji Allah dalam sebuah hadist bahwa disediakan untuk orang yang berpuasa itu sebuah pintu di surga yaitu pintu ar-Rayyan. Tidak ada yang masuk ke pintu tersebut kecuali orang yang berpuasa (HR. Bukhari 930)

”bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan yang akan menggembirakannya: apabila ia berbuka ia gembira, dan apabila ia menemui Tuhannya, ia gembira dengan puasanya” (HR. Bukhari 935)

Lalu apa makna dari syukur itu sendiri?. Menurut ulama’ syukur itu adalah dengan meyakini bahwa nikmat tersebut datangnya dari Allah subhanahu wata’ala yang kemudian dia memuji-Nya, menyebut-nyebut nikmat tersebut, serta memanfaatkan nikmat tersebut untuk hal-hal yang dicintai dan diridhai-Nya. Intinya syukur dengan hati, syukur dengan ucapan kemudian syukur dengan tindakan. Itulah syukur yang sempurna.

Allah  telah memerintahkan hamba-hambaNya untuk mengingat dan bersyukur atas nikmat-nikmatNya: “Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari nikmatKu.” (QS al-Baqarah:152).

Ahli Tafsir, Ali Ash Shobuni menjelaskan bahwa yang dimaksud “Ingat kepada Alloh” itu adalah dengan Ibadah dan Ta’at, maka Alloh akan ingat kepada kita, artinya memberikan pahala dan ampunan. Selanjutnya kita wajib bersyukur atas nikmat Allah dan jangan mengingkarinya dengan berbuat dosa dan maksiat.

Telah diriwayatkan bahwa Nabi Musa as pernah bertanya kepada Tuhannya: ”Ya Robb, bagaimana saya bersyukur kepada Engkau?  Robbnya menjawab: ”Ingatlah Aku, dan janganlah kamu lupakan Aku.  Jika kamu mengingat Aku sungguh kamu telah bersyukur kepadaKu. Namun, jika kamu melupakan Aku, kamu telah mengingkari nikmatKu”

Di zaman sekarang ini, betapa banyak orang merefleksikan rasa bersyukur, namun dengan cara-cara yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syukur itu sendiri. Untuk itu, para ulama telah menggariskan tata cara bersyukur yang benar, yakni dengan cara beribadah dan memupuk ketaatan kepada Allah swt dan meninggalkan maksiat.

QS. an-Nahl ayat 114 menjelaskan bahwa ibadah seorang hamba ditujukan sebagai bentuk rasa syukur.
”Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah”.

Ketika rasul ditanya oleh Aisyah :” ya Rasul engkau adalah orang yang dijamin masuk surga oleh Allah, tapi kenapa engkau aku lihat setiap malam terbangun untuk beribadah sehingga kakkimu bengkak?. Kemudian Rasul menjawab :” apakah kamu tidak ingin mendapatkan aku sebagai orang-orang yang bersyukur?”.
Sebenarnya ibadah yang kita lakukan setiap saat hanya dimaksudkan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah swt.bukan karena semata-mata ingin mendapatkan pahala.

Imam al-Haromain al-Juwaini salah seorang guru Imam al-Gazali dalam Kitabul Irsyad dijelaskan tentang ilustrasi manusia sebagai ’abd. Manusia sebagai ’abd diilustrasikan sebagai anak angkat. ”Ada seorang bapak yang mengambil anak angkat seseorang. Anak tersebut mendapatkan hak sama dengan anak yang lain; dia diberi makan, tempat tinggal, disekolahkan dan lain-lain. Namun juga diberi kewajiban oleh seorang bapak untuk menyapu lantai, mencuci mobil dan lain sebagainya. Tidak pantas kemudian anak angkat tersebut meminta gaji kepada bapak karena telah menyelesaikan kewajibannya. Sama juga seperti masnusia yang telah diberi fasilitas hidup dan kenikmatan didalamnya oleh Tuhan untuk meminta pahala karena dia telah melaksanakan kewajibannnya sebagai seorang hamba.

Selanjutnya bagaimana sikap yang ditunjukkan orang beriman ketika ditimpa musibah atau menghadapi ujian?. Hal ini ditunjukkan dalam al-Quran ayat 155-157.
”dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata, innalillahi wa innna ilahi raji’un. Mereka itulah yang mendapat keberkatan dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Dan puasa pada bulan Ramadlan adalah untuk melatih rasa syukur dan sabar. Semoga dengan madrasah Ramadlan ini kita menjadi hamba-hamba Allah yang berhasil mendapat predikat sebagai orang-orang bertaqwa yang pandai bersyukur ketika mendapat nikmat dan bersabar ketika ditimpa musibah.

Wassalamu’alaikum wr.wb.


#Masjid Nuril Iman Surabaya, tulisan-Q untuk Persiapan Berceramah Kuliah Shubuh Ramadlan 1432 H





Selasa, 28 Agustus 2012

Karena-Mu Aku Bahagia

Hem, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan pada-Mu. Kadang ada rasa bahagia yang tiba-tiba menyelinap dalam jiwa ini. Entah karena apa aku juga tidak tahu. Yang pasti aku yakin ini datangnya dari Engkau.

“Rabb, jangan Engkau hilangkan kesempatan hamba untuk mengenal-Mu lebih jauh dari proses ini. Aku akan ikuti alur cerita hidup ini. Bantu hamba untuk menyusun perjalanan ini agar endingnya sampai pada-Mu. Aku punya hak tentukan alur ini namun Engkau yang punya prerogative untuk membimbing dan mengesahkan”.

Hei, hidup kalau dinikmati ternyata asyik juga ya. Asal,-kalau aku sih syaratnya ada Tuhan dalam perjalanan ini walau dalam kondisi seburuk apapun. Karena pada akhirnya Allah pasti akan berikan jalan keluarnya juga, sampai kita ada pada ujung jalan yang kita tempuh. Jalan yang kita tempuh pasti akan ada ujungnya. Aku ingin jalan demi jalan yang aku tempuh ini berujung pada ditemukannya DIA. Sampai aku menemukan DIA dengan wajah yang sempurna. Hem, indahnya saat-saat menemukan DIA dalam kondisi yang sempurna. Sekarang aja dalam kondisi kepengen akan itu,-aku bahagia. Apalagi kalau aku benar-benar sampai pada saatnya aku temukan DIA dalam kondisi yang sempurna.

“Semoga, aamiin berikan itu padaku Rabb, karena tak ada tujuan akhir dari hidup ini kecuali Engkau, tidak yang lain. Kalau pun ada yang lain itu hanya sarana penghantar menuju-Mu”. 

Saat ini aku ingin bebaskan diri dari belenggu selain-Nya, menuju dengan sempurna pada-Nya, kembali istiqamah walau begitu beratnya. Setiap kali aku selesai berjanji pada diri ada saja kondisi yang menarikku untuk kembali larut dalam rasa yang tak tentu dan terpuruk dengan sangat yang memungkinkanku untuk lupa pada-Nya dan lupa pada janji diri. Eits, sebenarnya bukan lupa sih tapi aku lakukan semuanya dengan sadar tapi diri seolah tak mampu untuk bertahan dalam keistiqamahan itu. Entah kenapa?. Inikah sudah dari-Nya sehingga buat aku hanya bisa berdoa. Atau dengan adanya kesadaran dalam diri ketika melakukan berarti Allah beri kesempatan padaku untuk belajar dan berjuang agar aku mengiyakan kesadaran itu daripada memperturutkan ketidak berdayaanku. Hem, aku benar-benar belajar dan aku sadari proses belajarku sangat lambat ketimbang yang lain. Bukan maksud untuk tak bersyukur sih karena proses belajarku benar-benar kuat membentukku, menghujam sekali. Hanya sepertinya aku juga harus berusaha sekuat tenaga agar proses belajar agak sedikit lebih cepat agar aku benar-benar tak rugi. Masak iya diberi waktu dan jatah kesempatan yang sama tapi aku kalah berprestasi dari yang lain. Hingga keinginanku untuk menemukan DIA dalam kondisi yang sempurna itu tak bisa sepenuhnya aku rasakan atau bahkan gagal karena bagiku prestasi belajar dalam proses perjalanan ini menentukan kualitas perjumpaan dengan-Nya. Bukankah orang yang lebih cepat belajar dan berprestasi itu lebih banyak yang ia dapat sehingga sangat meyakinkan dia adalah pribadi yang berkualitas daripada yang lain?. Mengerti kan apa maksudku ini?. Kalau belum mengerti sepertinya engkau juga harus mengikuti jalanku. Hehe, maksudku kau rasakan perjalanan ini. Heh, gayanya!

Aku sebenarnya hanya ingin tegaskan pada semuanya kalau hidup ini mesti harus dijalani apapun kondisinya, seburuk dan sepahit apapun atau bahkan kau sudah tak kuat lagi menanggung beban demi beban yang sengaja DIA berikan padamu. Jalani dan hadapi saja. Kata Bang Iwan Fals; hadapi saja, ambil hikmahnya, ambil indahnya. Namun sekali lagi dengan satu syarat, jangan hilangkan DIA dalam hati ini walau sebenarnya hati ini mengingkari dan menafikkan keberadaan-Nya karena kotornya hati dan lemahnya iman ini. Tak apalah,-kau pertahankan DIA walau harus kau hadapi gelisah karena itu bertentangan dengan hatimu. Aku yakin pasti kau temukan jua DIA pada akhirnya. Ya pasti kau temukan sedikit demi sedikit. Jangan bersedih jika kau melihat-Nya hanya separuh saja, jangan pesimis dan jangan berputus asa karena ketika engkau bertahan, aku yakin dalam proses atau ujung dari proses ini kau pasti temukan wajah-Nya dengan sempurna. So, jangan berhenti belajar dan istiqamah mempertahankan-Nya. 

Surabaya, 05 Januari 2012

Selasa, 21 Agustus 2012

Oh… Tuhan!

Tuhan, tanpa-Mu bagaimana hamba bisa. Andai saja Engkau tinggalkan hamba bagaimana hamba bisa bertahan. Sedangkan Engkau Mengetahui bahwa hamba ini begitu lemah dan rapuh. Dengan sisa diri-Mu saja hamba merasa tak mampu berbuat dan seolah telah hilang segalanya. Bagaimana lagi jika Engkau telah sempurna hilang dalam pandangan dan hati hamba. Aku sudah tak bisa lagi menuntut bahkan meminta dalam doa. Aku ingin pasrah total pada-Mu namun jangan biarkan ini menjadi pertanda ketidak sempurnaan iman hamba atau signal bahwa hanya sebentar lagi waktu kebinasaan itu. Jangan ya Allah. Jadikan ini sebagai proses hamba menuju-Mu. Walau sangat terlambat tak apa ya Allah, aku terima asal pada akhirnya aku bias temukan diri-Mu dengan sempurna sehingga nafas dan detak jantung ini adalah asma-Mu. 

Tak bisa kuungkapkan lagi pada-Mu atau pada semua. Semuanya sudah terasa hampa dan sirna dari hati. Hanya agar Engkau hadir dan menetapkan diri dalam hati yang semakin melemah ini. Jangan jadikan ini pertanda bahwa semua proses yang harus aku lalui ini akan berakhir. Karena Engkau mengetahui tentang hamba yang lemah dan tak mungkin lagi meneruskan-Nya. Atau ini karena sikap hamba yang meratap saat Engkau tempatkan pada jalan terjal dan melelahkan ini sehingga Engkau kabulkan ratapan ini. Bukan Engkau yang salah namun hamba. Karenanya aku tak mungkin bisa jika lepas dari bimbingan-Mu atau sekedar Engkau berikan hamba kekuatan untuk bertahan, sampai pada akhirnya adalah benar janji-Mu pada hamba; pastilah Engkau berikan yang terbaik bukan yang hamba rengekkan namun tak baik untuk hamba.

Rabb, bimbing hamba agar bisa tak melenceng sedikit saja hati hamba ini. Hamba benar takut sekali keluar dari penjagaan-Mu. Hamba sangat berharap Engkau menjagaku. Engkau Maha Mengetahui segala apa yang terjadi atau segala yang hamba tidak tahu. Jika hamba berjalan sendiri tanpa bimbingan-Mu bagaimana hamba bisa berjalan sedangkan penglihatanku ini begitu kabur. Bukan benturan keras yang akan hamba takutkan namun bagaimana jika hamba salah arah sehingga jalan menuju-Mu semakin tak kunjung kutemukan.

Engkau yang Mengetahui bagaimana hamba sampai saat ini masih tetap bertahan, mempertahankan-Mu dalam lelah dan sakit karena kebodohanku.

Surabaya, 30 Desember 2012

Pengikut