Ini pengalaman pribadi 5 tahun
yang lalu tepatnya tahun 2007, tapi masih membekas dalam memori saya dan kadang
kala saya ceritakan ke setiap mahasiswa baru yang akan ikut OSPEK. Saya
ceritakan kepada mereka tentang apa yang saya alami. Tanpa sadar mereka
terprovokasi bahwa OSPEK di kampusku sama sekali tak berguna, membuang waktu
dan mematikan mental. Mungkin yang membaca tulisan ini akan bertanya, kalau
kejadian itu 5 tahun yang lalu kenapa mesti diungkap lagi?. Bukankah bisa jadi
setelah tahun 2007 kejadian itu tidak terulang lagi, karena pergantian senat
dan kebijakan?. Kalau kondisi setelah tahun 2007 jelas ada perubahan, akan aku
urungkan untuk menulis. Kalau pun aku tulis, mungkin ini hanya sekedar jadi
konsumsi pribadi yang hanya jadi kenangan dan sesekali aku ceritakan pada anak
cucu kalau aku pernah jadi korban Bullying ketika orientasi jadi mahasiswa
baru. Namun keinginan untuk menulis dan menshare tulisan ini semakin menggebu
ketika saya menemukan kejadian yang tak jauh beda dari yang saya alami 5 tahun
yang lalu, masih ada bullying dalam OSPEK di kampusku. Aku melihat dengan
kepala mata sendiri bagaimana aktivitas perpeloncoan masih terjadi lewat
aturan-aturan yang diberikan kepada mahasiswa baru. Model pakaian dengan
aksesoris begini begitu dan masih banyak yang lain--yang kalau aku sebutkan
satu persatu semakin menunjukkan kalau yang ikut OSPEK itu diperlakukan seperti
rakyat jajahan yang bodoh, sehingga mereka tak tergerak sekali pun untuk
berontak.
Agar tulisan ini tidak menjadi
pandangan pribadi, saya iseng-iseng mendekati salah satu mahasiswa baru yang
ikut ospek. Saya ingin buktikan bahwa bullying dalam Ospek tahun 2007 juga
mereka alami. Cerita dan keluh kesah yang sama saya dapatkan dari mahasiswa
baru yang aku temui itu. Ada banyak sekali aturan dalam Ospek 2012 yang
bertentangan dengan hati nurani. Andai saja mereka tahu kalau Ospek itu bukan
suatu keharusan, mereka pasti akan memilih untuk tidak ikut. (mohon maaf, statement ini bukan berdasar
survey tapi kebenarannya bisa dibuktikan). Kalau anda yang membaca tulisan
ini adalah mahasiswa baru yang tahun ini ikut Ospek pasti akan membenarkan dan
tentunya akan ada banyak yang diceritakan tentang bullying dalam Ospek.
Begini cerita bullying yang aku
alami dalam Ospek tahun 2007 yang lalu;
Hari kedua, aku datang terlambat
karena pasti tidak akan saya gadaikan shalat shubuhku hanya dengan Ospek. Oia tentang
shalat, ada yang berkesan juga. Saat upacara hari pertama ospek, jam 5 sore
masih belum selesai upacara padahal masih banyak yang belum shalat Ashar. Termasuk
mungkin kakak senat yang ada di depan itu. Hehe, tapi untunglah aku bisa
mencuri waktu saat adzan berkumandang tiba aku langsung Ashar. Aku mendengar
mahasiswa yang ada di depan saya belum shalat ashar karena takut sama kakak
senat, dengan tegas saya bilang;
“Sudah saya tanggung kalau ada apa-apa. Sudah sana ashar! Masak iya
kalian lebih takut pada manusia gak jelas itu daripada sama Allah”.
Saya tidak tahu berapa mahasiswa
yang belum shalat saat itu. Saya hanya geleng-geleng kepala.
Apa perlakuan kakak-kakak senat
melihat keterlambatanku?. Mereka spontan membentak keras sambil memerintah saya
dan juga mahasiswa yang datang terlambat untuk berjalan keliling seperti bebek.
Aku pun dengan mangkel menuruti keinginan itu walau tidak seratus persen sama
seperti yang lain. Saya sambil dikata-katai; ngeyel kamu!. Selepas itu buru-buru
mahassiswa dikasi’ jatah makan 5 menit dengan minum aquades. Tanda tanya besar
dalam benak saya; kenapa harus 5 menit?. Bukankah kita dianjurkan untuk makan
pelan saja biar menikmati?. Kenapa juga harus aquades?. Kalau orang alergi dan
sudah terbiasa dengan merk yang lain bagaimana?.
Batin saya memberontak dengan
segala aturan itu, sedikit saya lahirkan pemberontakan itu dalam bentuk ketidak
taatan saya atau dalam bentuk pertanyaan rasional untuk segala aturan yang
diberikan oleh kakak senat. Saya baru memberontak penuh ketika saya disuruh
untuk menggadaikan prinsip saya. Begini ceritanya; seperti mahasiswa yang lain
saya pun juga disuruh untuk memakai ID Card raksasa yang digantung di leher.
Sisi kanan berisi identitas pribadi dan foto sedangkan sisi kiri untuk idola
lengkap dengan identitas dan fotonya juga. Sebelum saya membuat saya berpikir
kalau untuk idola akan saya tetapkan Muhammad saw. sebagai idola saya walau
tidak ada fotonya. Saya ganti dengan kaligrafi bertuliskan Muhammad saw. Tanpa
saya sadari keputusan saya untuk mencantumkan Muhammad saw. sebagai idola itu
mengandung respon keras dari kakak senat. Dengan nada membentak seorang kakak
senat tanya;
“ kamu ini mengerti aturan apa tidak sih?. Kok ID cardnya begini?”.
Saya bingung dengan pertanyaan
itu karena saya lihat tak ada yang salah dengan ID card saya, sama seperti yang
lain. Hanya foto idola saja yang bertuliskan kaligrafi.
“kenapa kamu tulis kaligrafi ruang foto idolamu ini?”.
Dengan mengernyitkan dahi saya
jawab dengan tegas.
“Kakak ini Islam gak sih, masak iya Muhammad saw. ada fotonya?”.
Wow, dengan wajah memerah kaka
senat itu membentak saya lagi.
“Ngeyel kamu?. Kalau gak ada fotonya Muhammad saw. itu cari idola lain
yang ada fotonya”.
Huh..aku serasa ditampar keras
masak iya ada orang yang berani mengomong begitu. Saya tahan untuk membalas
dengan nada keras pula. Dengan pelan saya jawab.
“terus terang saya bukan sok alim atau apa, saya masih belajar untuk
mengidolakan Muhammad saw. karena hanya dia yang pantas untuk diidolakan oleh
seorang muslim”.
Tanpa basah basi, kakak senat
menyeret saya agar saya tidak berceramah di depan mahasiswa baru yang lain agar
tak mempengaruhi karena saat saya ngomong saya berada di depan kerumunan
mahasiswa baru yang juga lagi di Ospek. Saya tepat berada di depan mereka saat
itu. Kemudian, di sudut pojok kampus dekat gedung pertemuan, saya diintrogasi
layaknya tahanan.
“kalau kamu tidak merubah prinsip kamu, besok kamu akan saya keluarkan.
Akan saya laporkan ke akademik”.
Dengan nada tenang saya jawab,
“silahkan, jangankan besok sekarang pun saya akan keluar dari Ospek ini
!.”
Wow, seberanikah itu saya?. Walau
saya agak ketar-ketir juga karena menurut kabar burung yang tidak ikut ospek
dan Ospek tidak akan mendapat setifikat. Padahal sertifikat ospek dan Ospek itu
adalah syarat untuk ujian skripsi. Tapi kenyataan saat ini tak terbukti kabar
burung itu, bulan depan saya akan wisuda.
Itulah cerita saya, bukan
bermaksud untuk membuka aib dan borok sendiri di depan public. Tapi saya hanya
ingin tunjukkan bahwa zaman secanggih ini masih berlaku ospek dengan model perpeloncoan
dan bullying begitu. Sangat tidak mendidik dan mematikan mental. Mahasiswa baru
sudah dicekoki dengan hal yang tidak benar. Orang sudah diajari takut untuk
memberontak terhadap kebijakan yang tidak rasional. Bagaimana bisa nanti ketika
mahasiswa baru itu dihadapkan dengan kenyataan di lapangan. Saya yakin
peristiwa reformasi tahun 1998 tidak akan pecah kalau mahasiswa saat itu
penakut dan tidak berani melanggar kebijakan yang rasional. Hehe, kalimat
begituan saya ceramahkan juga pada kakak senat tempo itu. Tapi lagi-lagi sayang
tidak diijinkan untuk saya ceramahkan di depan mahasiswa baru.
#Kantor sby, 27 Sept. 2012. At :
14.02